Habitat Terusik, Gajah Liar Rusak 7 Rumah dan Sekolah

Senin 23-04-2018,09:00 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Redaksi

BANDARNEGERISEMUONG - Sudah sepekan terakhir konflik gajah dan manusia terjadi di Blok 6, Pekon Gunungdoh, Kecamatan Bandar Negeri Semuong, Kabupaten Tanggamus. Sedikitnya tujuh rumah dan satu bangunan sekolah rusak akibat amukan gajah tersebut. Berdasarkan informasi yang dihimpun, hingga Sabtu (21/4), konflik antara gajah dengan warga yang diduga perambah itu masih berlangsung di wilayah yang berbatasan dengan kawasan Register 39 tersebut. \"Laporan dari warga, kawanan gajah masih berada di sekitar pemukiman warga,\" kata Kepala Pekon Gunungdoh Ruslin, saat ditemui dikediamannya, Sabtu (21/4). Ruslin menjelaskan, sebelum konflik terjadi, gajah sebelumnya memang sudah berada di Blok 3 yang juga masih masuk dalam wilayah Pekon Gunungdoh, pada tiga pekan yang lalu. Diwilayah itu gajah tidak turun ke pemukiman warga dan hanya berada di batas hutan lindung. Namun, lanjut dia, setelah dua pekan gajah dilaporkan berada di wilayah blok 6 dan belum turun ke pemukiman warga. Sepekan setelahnya, gajah dilaporkan sudah turun dan mengamuk di pemukiman warga. \"Saya tidak tahu secara pasti apa penyebab gajah itu ngamuk, tapi yang jelas gajah itu ngamuk karena merasa habitatnya terganggu. Karena jika tidak terganggu, tidak mungkin gajah itu ngamuk,\" kata dia. Menurutnya, kawanan gajah yang diperkirakan berjumlah 14 ekor itu merupakan kawanan gajah yang pernah turun ke perkebunan warga di beberapa pekon di Kecamatan Semaka, yakni seperti Pekon Way Kerap, Sedayu, Srikaton, Tulungasahan dan Pekon Sinarbangun, Kecamatan Bandar Negeri Semuong. \"Nah, mungkin gajah yang dari Sinarbangun itu pindah dan naik ke Blok 3, kemudian pindah lagi ke blok 6,\" terangnya. Ia menambahkan, jarak antara Pekon Gunungdoh dengan Blok 1 saja ditempuh waktu kurang lebih satu setengah jam. Dan warga yang tinggal di Kawasan Register juga tidak terdata sebagai warga Pekon Gunungdoh, karena warga yang tinggal dikawasan tersebut tidak masuk dalam administratif pekon. Meski demikian, ia mengaku tetap menyampaikan konflik gajah itu ke Pemkab Tanggamus. \"Kita sudah sampaikan ke pihak kecamatan, bahkan kabupaten. Dan alhamdulillah pihak Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dan World Wide Fund for Nature (WWF) juga sudah turun untuk memantau pergerakan gajah disana, \" tukasnya. Sementara itu, Kapolres Tanggamus I Made Rasma Jemy Karang mengaku sudah berkoordinasi dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Dikatakan kapolres bahwa berdasar keterangan dari Kepala Seksi Wilayah I, TNBBS, Sasriful, lokasi rumah yang dirusak kawanan gajah sebenarnya masih merupakan habitat dari gajah-gajah tersebut, tepatnya masuk kawasan Hutan Lindung Blok 6 Talang Muara Padang - Register 39 ungkap AKBP I Made Rasma. Masih menurut kapolres yang mengutip pernyataan dari petugas TNBBS,bahwa awalnya lokasi tersebut hanya ada gubuk-gubuk perambah hutan, namun lambat laun dihuni oleh warga dan bahkan menjadi bangunan semi permanen. Selain itu, lanjut Kapolres, petugas TNBBS telah bekerjasama dengan WWF dalam melakukan langkah-langkah pendeteksian gajah, antara lain memasang GPS-Collar pada badan gajah-gajah tersebut untuk mengetahui dan memonitor keberadaan gajah maupun kelompoknya. \"Guna menghindari korban jiwa, Polres Tanggamus menyarankan kepada penduduk yang masih menempati rumah-rumah di kawasan tersebut agar meninggalkan lokasi ke perkampungan yang lebih aman atau kembali ke tempat asalnya,\" pungkasnya. Untuk diketahui, fenomena konflik gajah dengan manusia juga pada Agustus tahun lalu pernah terjadi di beberapa pekon yang ada diwilayah Kecamatan Semaka, yakni di Pekon Srikaton, Tulungasahan, Waykerap, Sedayu dan Karangagung. Namun tidak sampai merusak rumah, melainkan hanya merusak sebagian perkebunan warga. Satuan tugas (Satgas) penanganan konflik satwa yang terdiri dari Balai konservasi sumber daya alam (BKSDA), TNBBS, WWF, Wildlife Conservation Society (WCS), Rhino Protection Unit (RPU) juga sudah diturunkan untuk menghalau dan menggiring gajah kembali masuk TNBBS. Setelah tiga bulan lebih melakukan penggiringan akhirnya pada November lalu Satgas berhasil menggiring kawanan gajah masuk ke TNBBS. Namun fenomna konflik gajah pekan lalu kembali terulang, sejatinya membuat pihak-pihak terkait segera mengambil keputusan tegas untuk kelompok perambah supaya meninggalkan habitat gajah liar. Tidak hanya sebatas mengimbau, namun sama sekali tak diindahkan oleh perambah yang semakin memperburuk kondisi hutan lindung di Kabupaten Tanggamus. Sebagai satwa, kawanan gajah liar tentu naluri alamiahnya untuk bertahan hidup, saat merasa \"rumahnya\" diusik oleh oknum manusia yang tidak mencintai kelestarian hutan. Namun saat kawanan gajah mengamuk lantaran merasa terganggu dengan kehadiran manusia yang terus menebangi hutan untuk dijadikan lahan pertanian, lagi-lagi kawanan gajah yang disalahkan. Sungguh ironi. (uji) 

Tags :
Kategori :

Terkait