“Hebat”, Pemkab Sudah Prediksi Ada 4 Kejadian Longsor Tahun ini
KOTAAGUNG - Penyiapan pos anggaran untuk bencana tanah longsor di Kabupaten Tanggamus pada tahun 2018 ini terbilang cukup aneh. Bagaimana tidak, sebelum terjadinya bencana longsor, pemerintah sudah menentukan empat titik kegiatan yang harus dikerjakan dengan pagu anggaran mencapai Rp 100 juta. Tentunya hal ini secara tidak langsung pemerintah sudah memastikan jika tahun ini akan ada musibah tanah longsor. Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tanggamus, Romas Yadi kepada Radar Tanggamus diruang kerjanya mengatakan, belum bisa memastikan pelaksanaan anggaran untuk empat titik itu dimana. Pasalnya, sampai saat ini Tanggamus belum diterjadi bencana tanah longsor. \"Ya, kalau ada bencana tanah longsor itu lah dananya. Saya juga heran, kenapa sebelum kejadian bencana anggarannya sudah disiapkan. Seolah-olah kita tahu kalau tahun ini akan ada empat titik bencana longsor,\"katanya, kemarin. Mantan Kadis PU ini melanjutkan, jika melihat dari tahun sebelumnya anggaran penanganan bencana longsor, banjir dan sebagainya diambil pada pos dana tanggap darurat, nominalnya sesuai dengan kebutuhan yang dilapangan dengan dasar laporan dari warga, kepala pekon dan camat. Namun tahun ini tidak, malah anggarannya sudah ditentukan terlebih dahulu.\"Dana Rp 100 juta untuk 4 titik bencana longsor mana cukup, belum lagi termasuk konsumsi teman-teman dibawah. Iya kalau tidak ada jembatan hanyut atau dampak lainnya,\"ucap Romas. Dilanjutkan Romas Yadi ini, masalah penanganan sungai tersebar di Tanggamus yang mana sebagian sudah mengalami pendangkalan dan tanggul terkikis, tentunya hal ini butuh penangan cepat dengan sistem normalisasi. Nah, sejauh ini pihaknya sedang akan mengusulkan hal tersebut ke Pemerintah pusat, karena jika mengandalkan dana dari APBD Tanggamus tidak memungkinkan. \"Karena Tanggamus termasuk daerah katagori rawan bencana, maka kita mengusulkan ke pemerintah pusat. Mudah-mudahan apa yang kita usulkan nantinya bisa terealisasi,\" harapnya. Kemudian, mengenai bencana, seharusnya masyarakat sudah mengerti antara bencana besar dengan kecil, jangan hanya karena selokan rumah tersumbat dan air meluap kemudian disebut bencana. Nah, untuk memberikan pemahaman ini lah pihaknya terus melakukan sosialiasi tentang bahaya bencana dan cara menanganinya sebelum menelan korban jiwa. \"Kedepan dalam hal penangan bencana tidak hanya mengandalkan pemerintah, namun juga masyarakat terlibat yang nantinya akan dibentuk Desa Tangguh Bencana (Destana) mereka ini lah sebagai penyambung lidah tentang perbedaan bencana itu, dan jika terjadi Destana juga yang pertama turun ke lapangan,\"tandas Romas. (zep)
Sumber: