Harga Bawang Anjlok, Petani Merugi

Harga Bawang Anjlok, Petani Merugi

KOTAAGUNG—Petani bawang merah di Kabupaten Tanggamus panen musim ini harus gigit jari, pasalnya harga jual bawang ditingkat petani anjlok yakni berkisar Rp7.000-Rp8.000 per kilogram, hal ini tentunya tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani selama musim tanam. Muayin Zen salah satu petani bawang merah menuturkan,biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk perawatan hingga panen bawang setiap satu hektare (ha) lahan mencapai Rp80 juta, hal itu tentu sebanding jika petani mendapatkan harga Rp 12 ribu sampai dengan Rp15 ribu. Kalau harga stabil maka petani sudah mendapat untung dengan produksi 8 ton per ha. Akan tetapi saat ini harga bawang turun drastis dan imbasnya petani bawang merah merugi. \"Ketika harga jual ditingkat petanj anjlok seperti saat ini, semua yang berkepentingan menghilang,petani seolah-olah didiamkan, berbeda jika harga jual di pasar tinggi semua akan ribut,”kata Muayin, Selasa (2/10). Masih menurut Muayin, anjloknya harga bawang merah saat ini lantaran disetiap daerah yang merupakan sentra bawang sedang panen raya. Selain itu, adanya pemberikan bantuan bibit dari pemerintah melalui kementerian terkait yang tidak dikoordinasikan dengan pemda dalam hal ini Dinas Pertanian yang memahami karakteristik di daerahnya masing-masing. \"Kalau pemerintah mau gelontorkan bantuan,yang paling tepat itu dengan program tugas pembantuan (TP), keuntungannya pemkab melalui Dinas Pertanian tentu tahu betul kapan musim tanam yang pas serta tepat, sehingga tidak merugikan petani,\"ujarnya.   Dilanjutkan Muayin, jika program TP tersebut tidak digulirkan tentu imbasnya akan terus terjadi panen raya di semua daerah di Indonesia. Harga jual ditingkat petani ini rupanya berbanding terbalik dengan harga pasaran, sebab masyarakat harus merogoh kocek Rp15 ribu sampai Rp16 ribu untuk membeli 1 kg bawang merah. \"Ditingkat petani harga bawang Rp7.000-8.000/kg,sementara ditingkat pedagang harga melonjak drastis hingga mencapai Rp15 ribu, tentunya disini tidak ada keadilan pasar antara petani dan pedagang, dan saya harap bagaimana di setiap daerah nantinya ada toko tani indo centre (TTIC) yang bisa menampung hasil petani dengan harga yang layak,\" tandas Muayin. (iqb)

Sumber: