Melihat Lebih Dekat Pekon Tirom, Dua Bulan Alami Kekeringan

Melihat Lebih Dekat Pekon Tirom, Dua Bulan Alami Kekeringan

Pekon Tirom Kampung merupakan salah satu pekon yang ada di Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus. Masyarakat yang tinggal daratan seberang laut ini tidak bisa merasakan fasilitas publik layaknya masyarakat dipekon lain seperti Kotaagung ataupun Gisting, ya meraka hidup serba dalam kondisi kekurangan. Laporan Zepta Heryadi, Pematangsawa Seperti biasa, setiap masyarakat yang akan menyeberang atau sebaliknya kapal motor lah alat transportasi yang selama ini mereka gunakan. Jalan darat bukan tidak bisa, bisa tapi medan yang terjal dan masih berupa tanah membuat mereka lebih memilih menggunakan jasa kapal motor, meski harus mengeluarkan biaya yang lebih mahal . Untuk menuju Pekon Tirom saya naik kapal motor dengan merk Laksana Satu dari Pelabuhan Kotaagung dengan bobot sekitar 15 ton dan kebetulan kapal yang saya naiki itu penumpangnya tidak terlalu ramai. Kemudian setiap penumpang dikenaikan tarif Rp 30 ribu, Tidak sampai disitu, untuk menuju kapal yang akan dinaiki setiap penumpang harus menggunakan jasa sampan dengan biaya Rp 5000 per orang, maklum kapal yang dimaksud parkir ditengah laut bukan bersandar di dermaga. Dari pelabuhan kotaagung menuju Pekon Tirom Kampung harus menempuh waktu sekitar 4 jam, Lamanya perjalanan ini karena setiap melintasi perkempungan kapal yang terbuat dari kayu itu singgah untuk menurunkan penumpang. Begitu juga selama diperjalanan tidak banyak yang bisa dilihat, hanya pemandangan perbukitan yang begitu indah, mangkanya penumpang lebih banyak memilih tidur. Nah, sesampainya ditujuan untuk menginjak tanah Pekon Tirom saya harus kembali naik sampan dengan biaya Rp 5.000 per orang, setelah turun dari sampan saya langsung disuguhkan dengan pemadangan yang begitu indah, maklum pekon ini diapit dua perbukitan yang menjolok ke arah dalam. Rumah-rumah panggung merupakan rumah khas lampung masih banyak di pekon ini. \"Baru sampai bang,\"kata Ayu sapaan pertamanya ketika menjabat tangan ku. Kebutulan dirumah Ayu inilah aku tinggal. Setelah panjang lebar kami berbincang, mata Ayu berkaca-kaca dan menceritakan kondisi pekonnya Selama ini. Menurut Ayu, banyak kekurangan yang dialami masyarakat selama ini, terutama masalah air bersih. Dimana sudah dua bulan mereka dilanda kemarau sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari seperti minum, mencuci dan mandi mereka kesulitan, sebab tidak hanya sumur yang kering, mata air yang mereka andalkan selama ini juga kering. \"Kalau untuk minum dan mencuci kita minta dengan tetangga yang sumurnya masih ada air. Tapi kalau mandi tidak pernah kami pikirkan,\"ujarnya. Ia melanjutkan, sebenarnya masyarakat yang berpenghasilan nelayan dan kebun itu merasa dianak tirikan, sebab meski sudah berapa kali diusulkan ke pemerintah pekon agar dibuat bak penampung air bersih hingga saat ini tidak kunjung terealisasi. \"Pernah kami usul ke aparatnya, tapi tidak pernah digubris,\"terangnya. Tidak hanya itu, sebagian masyarakat juga tidak memiliki jamban, akibat ketika akan buang hajat masyarakat pergi kepinggir pantai atau kebun dan itu sudah berlangsung lama. \"Ya karena tidak adanya air bersih itu membuat masyarajat tidak memiliki jamban,\"kata dia. Lebih jauh ia menjelaskan, mereka bukan tidak tahu adanya program Dana Desa, namun selama ini kakon hanya pokus pada pembangunan jalan, WC umum, gardu dan jembatan yang bisa dikatakan sebagian sudah rusak. Bahkan, ada pembangunan jembatan yang menuju perkebunan tidak rampung. \"Kami lebih membutuhkan bak penampung air bersih ketimbang lainnya, karena Gardu, WC umum itu bagi masyarakat kebutuhan nomor sekian,\"tegasnya. Ia dan warga lainnya berharap agar pemerintah dapat menegur kepala pekon dan mengaudit ADD selama ini, sebab ada sebagian yang dibangun tidak terlalu dibutuhkan masyarakat,\"tutupnya.(*)

Sumber: