Diserang Wereng Cokelat, Petani Terancam Gagal Panen

Diserang Wereng Cokelat, Petani Terancam Gagal Panen

KOTAAGUNG--Sejumlah petani di Kecamatan Kotaagung dan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus, gigit jari melihat tanaman padi mereka diserang hama wereng cokelat (nilaparvata lugens). Dampaknya, mereka terancam gagal panen. Seperti tanaman padi milik Roni, di Pekon Penanggungan, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten Tanggamus. Dimana tanaman padi miliknya yang sudah berusia dua bulan secara mendadak mati karena serangan hama wereng. Tanaman padi miliknya seperti terbakar, karena batang pohonnya kering. Selebihnya, tanaman padi daunnya mengering dan batangnya putus, ada juga tanaman padi utuh tetapi bulir padi tidak memiliki isi, karena dimakan hama wereng cokelat (nilaparvata lugens). “Padahal sudah di semprot, dan dirawat, tapi tetap kena wereng. Hasil panennya pasti tidak seperti harapan. Saya cuma pasrah saja,” ujarnya. Akibat tanaman padinya diserang hama, ia mengaku rugi hingga jutaan rupiah. “Kalau rugi, pastilah, jutaan rupiah ruginya. Padahal saya perkirakan menjelang lebaran panen,” katanya dengan nada bicara lesu. Roni menuturkan, nasib serupa juga dialami sejumlah petani di pekonnya. Dimana serangan hama wereng terjadi saat tanaman padi telah selesai pembuahan.“Akibat hama ini kami pasti merugi karena padi-padi ini sudah tidak lama lagi dipanen, tapi tiba-tiba mengering atau hangus diserang hama,” kata dia. Nasib serupa juga dialami sejumlah petani di Pekon Kagungan, Kecamatan Kotaagung Timur, Kabupaten Tanggamus. Para petani disini mengaku kaget saat tiba-tiba mendapati tanaman padi mereka hitam dan lama-lama kering. “Serangan hama wereng ini sangat tiba-tiba, dan penyebarannya sangat cepat sekali. Separuh lebih tanaman padi saya kena,” kata Yanto, salah seorang petani di Pekon Kagungan. Menurut penjelasan para petani, ciri-ciri tanaman padi yang terserang hama adalah batang membusuk dan buah padi rusak karena bulir padi tidak berisi. Akibatnya hasil panen tidak bisa diharapkan, bahkan mereka mengaku rugi jutaan rupiah, sebab telah mengeluarkan biaya operasional, seperti biaya traktor, tanam, pupuk, dan biaya lainnya. “Sudah pasti rugi, apalagi kita cuma petani penggarap, sebab kami harus membagi hasil panen dengan pemilik lahan,” kata seorang petani di Kotaagung Timur. Berbagai upaya telah dilakukan oleh para petani, seperti tindakan pembasmian dengan menyemprotkan insektisida. Namun usaha tersebut belum juga berhasil sehingga petani merugi karena harus mengeluarkan biaya pembasmian hama. (Zep)

Sumber: