Denting Lampung Suguhkan Musikalisasi Puisi di Festival Kanikan

Denting Lampung Suguhkan Musikalisasi Puisi di Festival Kanikan

BANDAR LAMPUNG - Festival Kanikan 2019 terus memberikan kejutan kepada pengunjung yang datang. Setelah penampilan Gitar Tunggal Lampung pada Jumat malam lalu, kali ini giliran Komunitas Denting Lampung membawakan puisi dengan konsep musikalisasi puisi. Denting Lampung sukses menggetarkan venue Festival Kanikan di halaman Giant Antasari Bandar Lampung, pada Minggu (25/08) malam. 4 puisi mereka bawakan dengan khidmat, mengajak pengunjung untuk peka dengan lingkungan sekitar. Puisi pertama yang dibawakan adalah puisi berjudul ‘Tanah Air’ karya Moh. Yamin. Dilanjutkan dengan puisi ‘Laut Tak Pernah Marah’ karya Moh. Wan Anwar, ‘Bunga dan Tembok’ karya Wiji Thukul, dan ‘Kudekap Kusayang-sayang’ karya Emha Ainun Najib. Deklamator dan Ketua Denting Lampung Andho Sikumbang menjelaskan, setelah selesai tampil, ini adalah penampilan kedua mereka yang berkolaborasi dengan GenPI Lampung. “Sebelumnya kami pernah berkolaborasi dengan Genpi Lampung di acara Tapak Rasa. Sebuah konser musikalisasi puisi dan pembacaan puisi sebagai bentuk peduli terhadap bencana yang terjadi di Palu dan Lampung Selatan,” Jelas Andho. Andho mengapresiasi kegiatan Festival Kanikan. Selain berupa festival kuliner, festival ini bisa menjadi wadah komunitas musik Lampung. “Kami juga merasa mendapat apresiasi dari GenPI Lampung yang sudah memberikan tempat untuk berekspresi. Karena terus terang saja, kami sebagai penggiat seni masih sulit mendapatkan wadah untuk berkspresi di tempat umum dan terbuka,” ungkap Andho. Denting Lampung sendiri terdiri dari Andho Sikumbang, Riki Hermanda di bass, Agil di vokal, Rino di gitar, dan Alfiki di jimbe. Melly Feyadin, blogger asal Lampung yang berdomisili di Bogor, mengaku antusias datang ke Festival Kanikan untuk menyaksikan musikalisasi puisi oleh Denting Lampung. “Baru kali ini saya menyaksikan dan mendengar langsung bagaimana musikalisasi puisi dibacakan. Ternyata sangat menarik, perpaduan antara pembacaan puisi dan musik yang enak didengar.” Ujar Melly pemilik blog melfedin.web.id ini. Melly sempat berpikir ada juga puisi Lampung Karam yang terkenal itu dibacakan. Namun dirinya tetap merasa puas mendengar 4 puisi yang dibawakan Denting Lampung. “Saya pikir karena acara ini bertepatan pula dengan peringatan meletusnya Gunung Krakatau tahun 1883 dan Lampung Krakatau Festival, bakal ada puisi Lampung Karam. Ternyata tidak ada,” gumam Melly. “Namun 4 puisi yang dibawakan oleh Denting Lampung barusan juga sangat menghibur. Sekaligus membuka pintu hati kita untuk lebih peduli dengan daerah dan lingkungan. Sangat menarik dan menyentuh hati,” tutup Melly. Ketua Genpi Lampung Dito menambahkan, kehadiran musikalisasi puisi di Festival Kanikan adalah untuk mengenalkan seni ini kepada khalayak umum di Lampung, khususnya Kota Bandar Lampung. “Kami berkolaborasi dengan Denting Lampung agar masyarakat lebih mengenal dan mencintai musikalisasi puisi. Festival Kanikan menjadi wadah bersama kami dalam mengekspresikan kreativitas.” Ujar Dito. Jadi selain menikmati kuliner yang dijajakan selama acara, pengunjung juga bisa lebih mengenal komunitas yang ada di Lampung dan kreativitas mereka. Sebelumnya, juga tampil model-model yang membawakan berbagai busana rancangan desainer ternama Lampung. Serta Wheeling Lampung, komunitas sepatu roda (inline skate), yang memamerkan keahlian anggotanya yang masih berusia belia.(*)

Sumber: