Tukiman Nilai Sumur Bor Kurang Cocok

Tukiman Nilai Sumur Bor Kurang Cocok

KOTAAGUNG—Tukiman Anggota DPRD Kabupaten Tanggamus, asal daerah pemilihan (dapil) I yang meliputi Kecamatan Pematangsawa, Semaka, Wonosobo dan Bandarnegerisemuong mengaku tidak bisa menjanjikan bantuan sumur bor yang diajukan petani ditiga pekon yakni Martanda, Tampang Tua dan Tampang Muda terealisasi. Menurut Tukiman, pengadaan sumur bor sulit dilakukan, mengingat sejauh ini belum ada pekon yang mengaliri sawah yang sumber airnya dari sumur bor. “Memangnya bisa mengaliri sawah ratusan hektar menggunakan sumur bor, tapi kalau dari sungai dan disedot kemungkinan bisa,\"kata Tukiman, kemarin. Dilanjutkan Tukiman, dalam pengadaan sumur bor akan banyak menemui kendala atau persoalan, dimana untuk melakukan penyedotan dengan mengambil air dibawah tanah itu tidak bisa dilakukan secara manual tapi membutuhkan mesim penyedot atau diesel, sementara sejauh ini masyarakat ditiga pekon itu belum teraliri listrik PLN meskipun ada paling hanya genset yang mana biaya oprasionalnya tidak begitu besar. \"Kalau mau menggunakan mesin besar untuk menghidupkan mesin pompa tentu harus memerlukan bahan bakar minyak (BBM), itu tentu membutuhkan biaya besar. \" ujar legislator PDIP itu. Meski demikian lanjut Tukiman, pihaknya tetap memperjuangkan dengan menjalin komunikasi terhadap anggota di mitra komisi yang membidangi. \"Rencananya akhir bulan ini kita akan turun ke kesana. Memang benar disana membutuhkan banyak air, sebab selama ini mereka hanya mengandalkan air hujan untuk mengairi sawah ,\"ujar dia. Sebelumnya diberitakan, ratusan petani sawah di Pekon Tampang Tua, Tampang Muda, dan Pekon Martanda Kecamatan Pematangsawa membutuhkan sumur bor guna memenuhi kebutuhan air di areal persawahan mereka. Pasalnya, selama ini petani hanya mengandalkann air sungai yang maa kondisinya tidak bisa memenuhi kebutuhn ratusan hektar sawah di wilayah itu. Anton salah satu petani Pekon Tampang Tukha mengatakan, sudah puluhan tahun areal persawahan yang tersebar di Pekon Tampang Tukha, Tampang Muda, dan Martanda hanya mengandalkan air hujan ( tadah hujan). Ketika kemarau tiba para petani secara otomatis tidak bisa mengolah sawah mereka, karena sawah menjadi kering. “Petani disini butuh sumur bor untuk mengatasi kekurangan air saat musim kemarau. Untuk membuat irigasi, kendalanya disini tidak ada sungai besar, yang ada cuma siring kecil yang ikut kering saat kemarau. Jadi, jalan keluarnya hanya dengan membangun sumur bor atau sumur pantek,” katanya. Menurut Anton, untuk satu sampai dua hektar areal sawah diwilayah tersebut membutuhkan satu sumur bor, dengan harga pembuatan sebesar Rp2,5 sampai Rp3 juta.  Untuk di Dusun Sukadamai sendiri, sedikitnya membutuhkan 10 sampai 15 unit sumur bor. “Petani disini sangat membutuhkan bantuan sumur bor. Tetapi kalau dipikul sendiri berat. Untuk itu, mudah-mudahan ada bantuan dan pemerintah,” harapnya. Selain areal persawahan, dampak kekurangan air juga  mengakibatkan ratusan  hektar tanaman hortikultura diwilayah tersebut  sering mengalami kekeringan dan gagal panen.(zep) 

Sumber: