SIDOMULYO, RADARTANGGAMUS.CO.ID - Kekeringan menyebabkan produksi gabah di wilayah Sidomulyo pada musim gadu tahun ini mengalami penurunan.
Akibat pasokan air yang minim, dalam satu hektar hamparan tanaman padi hanya menghasilkan empat hingga lima ton gabah kering panen (GKP).
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Sidomulyo Wit Prasetyo mengatakan, saat ini panen padi di wilayah Sidomulyo sudah mencapai 40 persen dari total luas hamparan tanaman padi seluas 1.600 hektar.
“Sekarang tanaman yang sudah panen sekitar 700 hektar. Namun pada musim panen gadu produksi gabah sangat menurun dibanding musim gadu,” kata Wit Prasetyo kepada Radar Lamsel, Selasa (26/9) kemarin.
BACA JUGA:Taekwondo Andalan Lamsel Tolak Berlaga di pra-PON
Ia mengungkapkan, akibat kekeringan yang melanda produksi gabah rata-rata hanya empat ton per hektar. Jumlah menurun jauh dibanding pada musim panen rendeng lalu dengan rata-rata hasil panen enam ton per hektar.
Bahkan Wit mengaku, beberapa hamparan yang tak memiliki sumber air hanya mendapatkan hasil panen satu ton.
“Ada yang hanya dapat 10 karung saja karena tidak ada sumber air. Tapi itu tidak banya, rata-rata untuk musim panen ini hasil produksi gabah perhektar hanya empat ton saja,” sambungnya.
Meski begitu, Wit menjelaskan, panen gadu tahun ini petani medapat harga jual gabah yang tinggi di angka Rp 7.000 per kilogramnya.
“Meski hasil panen merosot, tapi petani masih tertolong dengan harga jual yang tinggi. Saat ini harga jual gabah sudah dikisaran Rp 7.000,” pungkasnya. (*)