Dalam sejarahnya, situs ini dinamakan Batu Bedil karena warga sekitar kerap mendengar suara menyerupai senapan dari satu menhir Batu Tegak tersebut.
Menhir Batu Bedil mempunyai ukuran lebih kurang sekitar 109 centimeter. Sedangkan, tingginya mencapai sekitar 220 centimeter.
Situs Batu Bedil berdiri sekitar akhir abad 9 atau awal abad 10 sebelum Masehi.
Tapi, ada juga yang menyebut jika Pekon Batu Bedil purba dulunya dihuni oleh masyarakat sejak 2.500 SM.
Asal bahasanya dari Sanskerta dan diperkirakan sebagai mantra pemujaan agama Hindu Budha.
Sebagai tempat wisata prasejarah, kompleks Situs Batu Bedil sudah tertata dengan rapi dan pagar yang mengelilinginya.
Tepatnya persis berada di tepi jalan, di tengah perkampungan, serta perkebunan milik warga.
Kompleks situs itu terdiri dari tiga klaster. Seperti, Batu Bedil pertama berupa sekumpulan menhir, batu datar, dan prasasti.
Sedangkan, Batu Bedil kedua terdiri dari menhir, dolmen, batu bergores, dan lumping batu.
Kedua klaster itu diperkirakan sebelumnya berada di satu kompleks. Tapi akhirnya klaster tersebut terpisah karena aktivitas masyarakat saat ini.
Sedangkan klaster Batu Bedil ketiga, yang sudah terpisahkan dengan rumah penduduk, terdiri dari Batu Gajah, Batu Kerbau, dan beberapa menhir.
Bukan hanya itu, di luar kawasan Batu Bedil juga dibatasi dengan dua sungai ada Situs Gelombang.
Konon, situs itu diyakini sebagai benteng tanah dan parit dari pemukiman manusia pada zaman kuno.
Berdasarkan warga setempat, ada berbagai keramik dari China, Thailand, hingga Vietnam yang ditemukan di sekitarnya.
Situs Batu Bedil pertama kali diteliti oleh arkeolog pada Tahun 1954. Tapi penelitian tersebut tidak membuahkan sesuatu yang konkret.
Setelah itu, pada Tahun 1989 tim gabungan dari pemerintah daerah serta pusat dibentuk.