Pada tahun 2022,SPBU ditargetkan meraup laba sebesar Rp37.223.800,namun hanya terealisasi sebesar Rp32.795.573.484 dengan capaian persentase sebesar 88 persen.
Lalu, AMDK Wayku ditargetkan sebesar Rp3.295.215.000,namun hanya mampu terealisasi sebesar Rp1.576.752.100 dengan persentase sebesar 48 persen. Sementara laba rugi mencapai Rp.404.066.450.
Selanjutnya di tahun 2023,terjadi lonjakan yang sangat signifikan pada RKA yang ditargetkan Direksi AUTJ untuk laba SPBU yang mencapai angka Rp73.222.072.400.
Sayangnya,target tersebut tidak realistis karena laba yang diperoleh hanya sebesar Rp27.193.148.993 atau 36 persen.
Adapun untuk AMDK Wayku,target hanya sebesar Rp2.764.900 dan terealisasi sebesar Rp1.273.893.700 dengan persentase capai sebesar 37 persen. Sementara laba rugi masih dalam proses audit eksternal.
Selain keterbatasan cash flow dan pandemi Covid-19,dalam penjelasannya kepada anggota Komisi II,Imron Saleh mengungkapkan masih banyak faktor lain yang menjadi penyebab terpuruknya PT.AUTJ.
Diantaranya yakni,izin edar Wayku yang sudah habis,susunan organisasi dan tata kerja (SOTK) dan aturan perusahaan yang perlu dikaji ulang.
Kemudian banyaknya kerusakan pada sarna dan prasarana unit usaha,tingginya nilai kerugian ditahun berjalan,beban pinjaman,kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan perubahan jenis produk.
"Omzet yang didapat belum mencapai target untuk memenuhi keseluruhan biaya operasional dan juga sering terjadi trouble baik di sistem maupun mesin produksi dan kendaraan pemasaran,"ungkap Imron.
Akibat banyaknya kendala tersebut, menyebabkan unit usaha SPBU dan AMDK Wayku terpaksa tutup tidak beroperasi.
Imbasnya,sebanyak 25 orang karyawan kontrak dibebas tugaskan dan 8 orang karyawan tetap dirumahkan.
Hak mereka berupa gaji pun tidak bisa terbayarkan.Izin operasional SPBU pun terancam dicabut oleh Pertamina.
"Langkah ataupun kebijakan yang kami ambil saat ini yaitu kami sedang melakukan audit dan kajian komprehensif. Kemudian,melaporkan kondisi existing kepada pemegang saham pengendali,melakukan rapat dengan pemilik saham dan OPD terkait serta melakukan inventarisasi aset dalam rangka pengamanan aset,"pungkas Imron.
Sementara itu,Anggota Komisi II Heri Ermawan mengatakan bahwa hearing bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada AUTJ.
"Ya,kami simpulkan rapat hari ini kami ingin sekedar tahu saja,kenapa SPBU dan Wayku sampai tutup.Kenapa ada pengurangan karyawan,kami ingin dengar permasalahan sebenarnya," ujar Heri Ermawan.
Untuk mendapatkan keterangan lebih mendalam mengenai kolapsnya perusahaan daerah tersebut dirinya meminta kepada Imron Saleh untuk menyetorkan nama Direksi PT.AUTJ sebelumnya.