“HIKMAH DI BULAN PUASA” Oleh Sanusi Nur
HIKMAH Di BULAN PUASA Oleh Sanusi Nur (Pengurus Masjid Al-Islah Pekon Terbaya, Kecamatan Kotaagung) Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Taala mendidik kita dengan puasa agar memiliki hati yang hanya mengharapkan kehidupan akhirat semata. Menjadikan hati kita senantiasa yang terbesar adalah kehidupan akhirat, ridho Allah dan surga-Nya. Karena ketika hati mengharapkan dunia dan ternyata pengharapan yang terbesar di hati adalah dunia, seringkali menimbulkan berbagai macam mudzarat yang sangat berat. Diantaranya; 1. MEMBATALKAN AMAL Seseorang yang beramal sementara hatinya mengharapkan dunia, akhirnya keinginan terbesar di hatinya adalah mengharapkan balasan di dunia. Orang yang berinfak misalnya, ternyata harapan terbesar di hatinya agar diganti di dunia ini. Orang yang shalat tahajud misalnya, ternyata tujuan terbesar di hatinya agar dilancarkan rezekinya. Orang yang shalat dhuha misalnya, sementara keinginan terbesar di hatinya adalah rezeki di dunia. Maka semua itu menjadikan amalan yang sia-sia. Allah Taala berfirman dalam surat Hud ayat 15-16: barangsiapa yang menginginkan dunia dan perhiasannya maka mereka akan diberikan apa yang mereka inginkan dari amalannya tersebut tanpa dikurangi. Akan tetapi di akhirat, maka tidak mendapatkan apapun kecuali api neraka. Lihatlah saudaraku.. Allah menyebutkan bahwa orang yang menginginkan dunia dari amalannya, Allah akan berikan apa yang ia inginkan bagi siapa yang Allah kehendaki. Tapi di akhirat ia tidak mendapatkan apapun dari pahala kecuali api neraka saja. Lalu Allah mengatakan, batal amalnya, sia-sia perbuatannya. Akibat daripada mengharapkan dunia terlalu besar. 2. JATUH KEPADA RIYA Orang yang mengharapkan dunia terlalu besar di hatinya seringkali ia jatuh kepada riya, mengharapkan pujian manusia, mengharapkan agar ia didengar oleh manusia, agar ia tenar, agar dia masyhur dan yang lainnya. Sehingga akhirnya riya itu menyebabkan ia termasuk orang yang pertama kali dilemparkan ke dalam api neraka. Sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Muslim dalam satu riwayat yang lain, Ada tiga orang yang pertama kali dibakar dalam api neraka Yang pertama adalah orang yang alim dan qari (pembaca Al-Quran yang baik), yang kedua orang yang mati syahid, yang ketiga orang yang berinfak. Maka orang yang alim dan qari dipanggil oleh Allah dan Allah pun mengingatkan nikmatnya atas dia. Lalu Allah berfirman, Apa yang engkau amalkan. Si Alim ini berkata, Ya Allah, dahulu di dunia aku menuntut ilmu dan aku membaca Al-Quran karena Engkau, ya Allah.. Kamu dahulu menuntut ilmu karena ingin disebut alim, kamu dahulu membaca Quran karena ingin disebut qari, dan kamu sudah mendapatkan predikat itu. Lalu iapun diseret dan dilemparkan ke dalam api neraka, kata Rasulullah. Dipanggil orang yang mati syahid, lalu Allah bertanya kepadanya, Apa amalmu? Dia (orang yang mati syahid) berkata, Aku berperang sampai meninggal dunia karena Engkau, ya Allah. Allah berfirmanKamu dusta. Kamu dahulu berperang karena angin disebut pahlawan, kamu berperang karena ingin disebut pemberani, dan kamu sudah mendapatkan predikat itu. Lalu iapun diseret dan dimasukkan ke neraka. Demikian pula orang yang dermawan, ternyata ia bukan karena Allah, ia pun diseret ke dalam api neraka. (*)
Sumber: