Kajian Mahasiswa : Sarana Pendidikan Kurang, Pelayanan Kependudukan Perlu Koreksi
PRINGSEWU - Sejumlah organisasi mahasiswa di Kabupaten Pringsewu sepakat siap untuk lebih pro-aktif mengontrol kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab) demi terwujudnya pembangunan dan kesejahteraan bagi warga Bumi Jejama Secancanan. “Pringsewu di gadang-gadang menjadi kota pendidikan, hal itu sudah didukung dengan banyaknya prestasi yang diraih oleh pelajar di Pringsewu. Namun persoalannya masih banyak sekolah yang minim sarana dan prasarana, tentu ini harus menjadi perhatian khusus sehingga tercipta kelancaran kegiatan belajar dan mengajar,” ungkapnya. Ketua Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (PC-IMM) Pringsewu, Efi Hardianto pada acara Diskusi Lintas Gerakan (Dilan) yang berlangsung di Cafe Teori Kopi (Teko) Kelurahan Pringsewu Timur, Jumat (2/8). Diskusi Lintas Gerakan (Dilan) mengusung tema \"‘Peran Mahasiswa dalam Menyikapi Pemerintahan di Kabupaten Pringsewu\" yang digelar PC IMM Pringsewu diikuti puluhan mahasiswa dari organisasi KAMMI dan HMI. Menurut Efi, Para mahasiswa juga meminta kepada pemerintah daerah agar lebih meningkatakan segala bentuk pelayanan publik contohnya pelayanan dokumen kependudukan yang masih kurang maksimal. “Masih segar dalam ingatan kita kisah alamarhum bayi Tegar yang kala itu sempat kesulitan mendapat bantuan dari pemerintah karena keluarganya tidak memiliki dokumen kependudukan yang lengkap. Ini membuktikan masih kurangnya kesadaran masyarakat serta kurang maksimalnya sosialisasi dari pemerintah daerah,” ujarnya. Selain itu mahasiswa juga menilai kemegahan ikon Pringsewu yakni gapura bambu selamat datang Pringsewu yang tidak selaras dengan fakta. Kemudian pemecahan rekor Muri Nasi Bakar Bambu pada HUT Pringsewu hanya isapan jempol karena dengan rekor Muri tersebut diasumsikan di Pringsewu sangat mudah menemukan pohon bambu. “Namun realitanya banyak pengrajin bambu yang justru memperoleh bambu dari luar Pringsewu, untuk itu kami mendorong pemerintah daerah agar membuat program menanam bambu atau membuka lahan untuk dijadikan pusat tanaman bambu,” kata Efi. Ditambahkan Efi, mahasiswa juga memiliki catatan yang tak kalah pentingnya dalam diskusi dibahas permasalahan, seperti peningkatan infrastruktur, kondisi pelayanan, ekonomi, profesional aparatur serta keberadaan Ikon Pringsewu yang dinilai tidak sesuai dengan fakta. (Mul)
Sumber: