RADARTANGGAMUS.CO.ID-- Motif Belah Ketupat merupakan ciri khas yang digunakan oleh adat Saibatin di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung.
Motif tersebut berbentuk potongan kain berwarna putih yang di padukan dengan warna kuning, merah serta hitam.
Masing-masing warna itu menandakan strata atau kedudukan dalam adat masyarakat Lampung Saibatin. Perlu diketahui di Lampung terdapat dua aliran adat yang masih dipercaya hingga kini.
Kedua ada itu adalah, adat Lampung Saibatin dan adat Lampung Pepadun. Perlu diketahui, Saibatin berasal dari dua kata. Sai artinya satu dan Batin artinya pemimpin yang berarti satu pemimpin.
Kemudian, kata Saibatin selain merujuk kepada nama sebuah aliran adat, juga dipakai dalam panggilan pemimpin adat Lampung Pesisir. Pemimpin adat di aliran Lampung Pesisir disebut juga Saibatin.
Saat ini motif belah ketupat yang merupakan khas Lampung Pesisir atau Saibatin ini sudah banyak dipakai pada berbagai aksesoris baik itu baju, topi, notebook, kaos, bantal, kebung, tirai, selendang.
Motif tersebut tengah diupayakan untuk menjadi icon khas kabupaten Tanggamus. Begitu juga dalam pengerjaan motif belah ketupat tersebut menggunakan tehnik penyambungan potongan kain segitiga.
Perlu diketahui, Motif belah ketupat digunakan saat acara adat Saibatin yang mencakup 4 kepaksian yakni paksi Benawang, paksi Ngarip Padang Ratu, paksi Belunguh dan paksi Pematang Sawa.
Kemudian warna motif belah ketupat tersebut menandakan strata sosial di kalangan masyarakat adat Saibatin. Motif belah ketupat ini sebenarnya digunakan dalam motif kebung (Lalidung) dan tirai (tikhai).
Lalidung dan Tikhai
Lalidung dan tikhai adalah ciri khas ornamen yang selalu digunakan ketika acara adat Lampung. Lalidung dan tikhai biasanya digunakan sebagai ornamen yang ditempelkan di dinding dalam bentuk kain lebar.
Sementara motif lalidung dan tikhai berupa belah ketupat. Begitu juga dengan warna Lalidung dan tikhainya yang menyesuaikan dengan adat yang berlaku di daerahbTanggamus.
Begitu juga dengan pola warna yang dominan dari lalidung dan tikhai juga disesuaikan dengan strata sosial atau adok yang melekat di masyarakat Lampung Pesisir.
Dalam penggunaan warna lalidung juga ada dudukan, jika yang menggunakan sebatin atau pangeran maka warna lalidung dan tikhainya yang digunakan warna dominan putih.