Menurutnya, meski diucapkan oleh seorang pendosa, kalimat tauhid tidak akan menjadi hina. Demikian juga jikalau diucapkan orang yang soleh, kalimat itu tidak akan bertambah mulia.
Namun, siapapun orang yang mengucapkan kalimat tauhid maka akan menjadi mulia, siapapun itu orangnya.
Oleh karena itulah Gus Baha sangat menghormati anaknya. Karena anaknya yang bakal meneruskan kalimat tauhid tersebut.
Dan oleh sebab itulah, Gus Baha mengakui, tidak pernah memukul anaknya. Karena ia selalu ingat bahwa anaknya adalah umatnya Nabi Muhammad yang kelak bakal jadi penerus agama Islam.
Gus Baha juga selalu mewanti-wanti agar bagaimana anaknya harus bangga pada bapaknya. Menurutnya, ini bukan soal sombong-sombongan, tapi ini merupakan cara mendidik anak agar ia tidak kecewa pada orang tuanya dengan membandingkan orang tuanya dengan orang tua temanya.
Meskipun hal ini tidak lazim, menurutnya, minimal bisa memberikan kita pemahaman lain bahwa mendidik anak merupakan pilihan orang tua. Anak yang nakal itu, kata Gus Baha, sangat berhubungan dengan orang tuanya. (*)