Ini Makna Penggunaan Lalidung, Tikhai Dan Laluhukh, Yang Digunakan Lampung Saibatin
Ini makna penggunaan kain lalidung, laluhukh dan tikhai bagi masyarakat lampung saibatin--
Dalam penggunaan warna lalidung juga ada dudukan, jika yang menggunakan sebatin atau pangeran maka warna lalidung dan tikhainya yang digunakan warna dominan putih.
Sementara jika masyarakat biasa maka warnanya bermotif dominan merah. Begitu juga dengan warna lain yaitu hitam dan kuning yang menandakan strata sosial lainnya.
Lalidung tirai digunakan ketika acara adat pernikahan seperti lalidung saibatin atau disebut Lepus. Motif lalidung ini tidak ada garis tanda pembatas atau bentuknya ketupat semua.
Sementara motif lalidung pada acara adat khitanan, disebut lalidung ketupat biasa. Namun ada tanda pembatas atau sekat-sekatnya di bagian kanan dan kiri, maupun bagian atas bawahnya. Lalidung ini juga bisa dipakai untuk umum.
Pada bagian atas lalidung, terdapat kain laluhukh yang merupakan kain tradisional dengan aneka warna dan corak yang ditaruh pada bambu panjang di atas lalidung.
Jika lalidung memenuhi ruangan saat acara adat, maka laluhukh hanya dipasang pada ruang tengah atau tempat berlangsungnya pesat adat. Terdapat lapisan laluhukh yang menunjukkan dalam kehidupan terdapat dua hal yaitu ada pemimpin dan ada yang dipimpin.
Pun sebaliknya warna motif kain selalu berbeda tergantung dari kain motif yang dibawa oleh kerabat orang yang sedang melakukan acara hajatan tersebut.
Seiring waktu demi lebih praktis, maka kain motif laluhukh sudah sering juga disewakan dalam acara adat sehingga tidak perlu membuatnya sendiri. (*)
Sumber: