DPRD Pringsewu Soroti Kelangkaan Minyak Goreng

DPRD Pringsewu Soroti Kelangkaan Minyak Goreng

PRINGSEWU--Terkait susahnya mendapatkan minyak goreng anggota DPRD Pringsewu berharap ada pendataan antara permintaan dan suplay di kabupaten setempat. Untuk itu Komisi II DPRD Pringsewu juga akan turun lapangan, Senin (14/2). Masyarakat tak melakukan aksi borong sementara pengusaha juga perlu menambah stok. \" Langkah pertama kumpulkan data yang valid kondisi real di kabupaten Pringsewu, baik data demand dan supply,\" usul anggota DPRD Pringsewu Triaksono,SP. Kemudian intens berkoordinasi dengan kementrian perdagangan melalui tahapan yang berlaku. Setelah tergambar dengan jelas keadaan di kementrian, pemerintah daerah melalui kepala daerah segera mengambil langkah kebijakan. \"Persoalannya adalah, kita tidak tahu sebenarnya minyak goreng ini barangnya ada atau tidak di para pengusaha. Yang tau tentu menurut saya kementrian mas,\" tambah politisi PKS ini. Hampir senada di katakan Anggota DPRD Pringsewu lainnya Anton Subagiyo SH pemerintah daerah untuk berkoordinasi dengan pemerintah propinsi Lampung dan pemerintah pusat. Kaitannya berapa jumlah minyak goreng retail dan swalayan di kabupaten Pringsewu. \"Hal ini sangat penting sebab kalau kita ngggak tau pasti bisa dipermainkan,\" ujarnya. Kelangkaan minyak goreng yang membuat ibu ibu panik tentunya harus disikapi. Dengan adanya data berapa penggunaan untuk UKM dan berapa untuk Masyrakat umum, sehinga untuk pasokan dan pemakaian dapat di ketahui. Apakah minyak goreng benar benar langka atau ada oknum yang memainkan. Sebab banyak toko toko sembako baik di Gading Rejo , Pringsewu termasuk retail habis. \" Nah apa persoalannya apakah masyarakat ada yang menimbun. Oleh karena itu perlunya sebuah kebijakan yang jangan setengah setengah dilakukan tentunya perlu pembenahan,\" saran Anton. Viral, video ibu-ibu berebut membeli minyak goreng pada sebuah pusat perbelanjaan di Pringsewu. Rekaman dan foto antrian tersebut menyebar di media sosial dan grup WhatsApp. Kelangkaan minyak goreng menjadi salah satu penyebab warga berebut membelinya. Kondisi sama juga terjadi di sejumlah pasar tradisional “Minyak goreng masih susah di pasaran,” kata Neng, salah seorang ibu di Pringsewu. Wanita ini mengaku sempat mendapatkan minyak goreng di sebuah minimarket. Namun saat hendak membeli kembali, barang sudah tidak ada. “Di Fajaresuk nggak ada minyak goreng. Kemarin, yang bantu di rumah, nyari ke pasar. Juga nggak ada. Untung saya masih punya dan tak kasih, walau nggak banyak,” sebut dia. Susahnya mendapat minyak goreng juga diakui Nana, seorang penjaga warung di Pagelaran. “Beli di warung grosir, katanya nggak ada. Jadi kami nggak bisa jual. Sementara banyak warga yang mau beli,” ungkapnya. Terkait beredarnya video warga berebut membeli minyak goreng serta kelangkaannya, Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setkab Pringsewu Masykur menyatakan pihaknya siap menindaklanjuti. Namun pemkab sifatnya melakukan pengawasan dan monitoring. “Kita memonitoring. Untuk pengadaan barang, kewenangan dari pengusahanya. Namun kami tetap berupaya semaksimal mungkin,” tegasnya. (sag)

Sumber: