Tips yang kedua menurutnya adalah menggiatkan kolaborasi lintas lapisan masyarakat dan lintas bidang ilmu. Pemanfaatan dan pengembangan AI menurutnya dapat sukses jika dirancang dan diimplementasikan disiplin ilmu yang multi-dimensional.
Dalam hal ini dicontohkanmnya pada penggunaan GPS yang sangat bermanfaat untuk memandu perjalanan, karena mampu mengkombinasikan pengetahuan informatika dengan geografi.
AI sendiri menurutnya memiliki sejarah panjang dalam perkembangannya, yang dimulai sejak tahun 1950-an. Dimana berkat kolaborasi lintas sektoral inilah yang kemudian mengakibatkan AI terus mengalami kemajuan mesin dan semakin berkembang serta berevolusi hingga saat ini. "kita harus terus berkolaborasi, jika ingin sukses memanfaatkan AI," ucapnya.
Untuk tuips terakhir, Wahyudi mengajak masyarakat untuk dapat memanfaatkan AI dalam hal peningkatan produktivitas. Dengan memahaminya, manusia akan mampu memanfaatkan AI sebagai alat yang dapat bekerja secara beriringan, bukan sebagai pesaing. Dalam hal ini, contoh yang nyata adalah Generative AI sevbagai kecerdasan buatan yang dapat menciptakan berbagai hal seperti tulisan, audio visual, pemrograman, pengenalan bahasa, hingga gambar lukisan.
Meski begitu, keberadaan generative AI tetap saja membutuhkan manusia sebagai pengendalinya untuk berbagai hal, seperti suplai data maupun panduan-panduan dalam bekerja.
Tanpa orang yang mampu mengetik prompt (panduan) secara baik, maka ChatGPT dan berbagai Generative AI hasilnya tidak akan optimal. Sehingga penting untuk mnegingat bahwa AI bukanlah suatu keajaiban.Tetapi merupakan alat untuk dimanfaatkan.
"Juga dianalisa apa kekurangannya, dan saling melengkapi untuk meningkatkan produktivitas dan kemajuan bangsa," pungkas Wahyudi.(*)