Misteri Gunung Pesagi Lampung Barat, Kebaradaan Sumur 7 Hingga Tangga Gaib
View Gunung Pesagi Lampung Barat dari kejauhan. Foto: IG @andi_hendri--
RADARTANGGAMUS.CO.ID--Gunung Pesagi memang tidak sepopuler Gunung Anak Krakatau. Tapi gunung yang ada di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung ini selain menyimpan segudang misteri, juga mitos hingga keindahan.
Gunung Pesagi terletak di Kecamatan Belalau. Gunung ini notabennya gunung yang paling tertinggi di Provinsi Lampung. Puncaknya ada di ketinggian 2.262 meter di atas permukaan laut.
Dilansir dari beberapa sumber, gunung tersebut ternyata tidak semuanya berada di Lampung, ada beberapa bagian Gunung Pesagi masuk di wilayah Provinsi Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Sumatera Selatan (Sumsel).
Jika ditempuh dari ibu Kota Lampung, Bandarlampung, maka membutuhkan waktu hampir 6 hingga 7 jam untuk tiba ke Gunung Pesagi.
BACA JUGA:Dibalik Keindahannya, Gunung Rajabasa Lampung Selatan Menyimpan Sebuah Misteri
Sebab, anda harus menempuh jarak 245 kilometer. Tapi perlu diketahui, waktu tempuh itu tidak termasuk untuk mencapai puncak gunung.
Selain itu hutan gunung ini juga menjadikan salah satu tempat pengungsian yang tersisa di Pulau Sumatera.
Menurut data yang ada, hutan lindung Gunung Pesagi mempunyai 337 jenis aneka tumbuhan. Jika dirinci terdiri dari 115 jenis tanaman anggrek dan 222 tumbuhan non anggrek.
Hampir sebagian tumbuhan yang dikoleksi tersebut mempunyai potensi sebagai penghasil kayu, tanaman obat, tanaman buah bahkan tanaman hias serta memiliki hutan lumut.
BACA JUGA:Misteri Gunung Tanggamus, Dijaga Makhluk Halus hingga Adanya Suku dengan Telapak Kaki Terbalik
Hampir seluruh pohon di hutan lumut ini batangnya memiliki berwarna hijau sebab ditumbuhi lumut.
Kemudian menyimpan keindahan, Gunung Pesagi juga menyimpan mitos bahkan cerita dan sejarah terutama bagi suku pribumi (Lampung).
Konon, dari gunung pesagi ini cikal bakal dan asal nenek moyang orang Lampung atau disebut Ulun Lappung.
Menurut Buku sejarah Kesultanan Paksi Pak Sekala Brak yang ditulis oleh Safari Daud, S.Ag., M.Sos dan kawan-kawan.
Sumber: