Jika Salah Langkah, Bunda Dewi Bisa Saja Kalah

Jika Salah Langkah, Bunda Dewi Bisa Saja Kalah

Ilustrasi kepala daerah.Foto pngtree--

'Bunuh Diri' Bunda Dewi,Jika Tidak Bersama Kurnain

Beredar rumor belakangan ini bahwa Bunda Dewi akan menggandeng calon pendamping lain (non Partai) yang katanya bukan berasal dari Tanggamus.

Jika hal ini diwujudkan Bunda Dewi, langkah ini terkesan sangat spekulatif, bahkan dapat menjadi langkah bunuh diri.

Jika dijalankan, Bunda Dewi perlu membangun promosi politik bagi calon pendampingnya tersebut yang tidak mudah, apalagi diketahui calon tersebut bukanlah seorang politisi.

Bunda Dewi juga terancam kehilangan dukungan besar dari warga pribumi Tanggamus yang menjadi basis suara terbesar.Apalagi isu yang berkembang luas di masyarakat saat ini, bahwa masyarakat menginginkan pemimpin dari 'orang asli' Tanggamus.

Bahkan yang mungkin paling ditakutkan adalah jika Partai NasDem sampai menarik dukungannya.Jika itu terjadi,PKS berpeluang besar melakukan hal yang sama.Artinya, akan banyak kerugian secara politik bagi Bunda Dewi.

Sebagai perumpamaan, data DPTS Kabupaten Tanggamus yang diriilis KPU Tanggamus saat ini berjumlah 453.950 dengan jumlah pemilih laki-laki (234.203), perempuan (219.747) dari 981 TPS di 302 Pekon (desa).

Hasil perolehan suara pemilu legislatif 2024 Kabupaten Tanggamus adalah PDI-P (80.923), NasDem (28.927), PKS (26.687), Gerindra (53.652), PKB (54.000), PAN (39.321), PPP (19.810), Golkar (28.998).

Jika dikalkulasi gabungan suara koalisi Bunda Dewi sebesar 136.537. Sementara Koalisi Saleh Asnawi sebesar 166.783 suara. Jika Bunda Dewi dapat menarik dukungan Golkar kekuatan relatif berimbang secara hitungan angka.

Jika Bunda Dewi nantinya berdampingan dengan calon selain Kurnain di Pilkada, NasDem serta PKS kemungkinan besar akan menarik dukungannya. Dengan demikian, Bunda Dewi hanya berlayar bersama PDI-P semata.

Bunda Dewi dikenal dengan basis dukungan dari kalangan kaum perempuan. Dengan jumlah DPTS perempuan yang lebih kecil dan menjadi rebutan bersama koalisi Saleh-Asnawi, suara Bunda Dewi kemungkinan juga tidak akan terlalu siginifikan dari kalangan perempuan.

Dengan kata lain, Bunda Dewi telah menggiring dirinya melawan kotak kosong dengan sendirinya. Padahal, ini tidak sesuai dengan garis PDI-P dalam Pilkada Serentak 2024, yaitu melawan Kotak Kosong.

Kita tidak menghendaki Pilkada di Tanggamus masuk dalam jebakan Kotak Kosong. Hal ini tidak bagi bagi iklim demokrasi di Indonesia.

Bunda Dewi dalam menghadapi fenomena politik yang berkembang saat ini, sudah sepatutnya lebih bijak dalam memilih pasangan pendampingnya dalam Pilkada nanti. Jika Salah Langkah, justru dapat mengakibatkan kekalahan.

Jika ingin bersaing bahkan mungkin memenangkan Pilkada Tanggamus 2024, berdasarkan kalkulasi kekuatan perolehan suara pada Pileg tahun 2024, ketokohan sosok, pengalaman dan elaktabilitas dukungan, Bunda Dewi menurut penulis, tiada pilihan lain selain menggandeng. Kurnain S.IP.(*)

Sumber: