Saridi Husein

Saridi Husein

Saridi pun tiba di rumah majikan. Tiga lantai. Sepi. Ia dapat kamar di dekat garasi. Ada mobil jenis CR-V di situ. Mobil itu harus ia mandikan setiap hari. Dengan mobil itu ia harus mengantar majikan ke mana saja.

Seminggu di rumah itu Saridi heran: kok tidak pernah diminta mengantar juragan. Mobil itu juga tidak pernah jalan. Tapi ia terus membersihkannya tiap pagi.

Belakangan Saridi tahu juragannya seorang wanita tua. Sendirian. Belum pernah kawin. Tinggal di lantai 2.

Di lantai 3 tinggal seorang TKW asal Yogyakarta. Tapi Saridi tidak pernah bertemu TKW itu, apalagi juragannya.

Ketika datang di rumah itu, Saridi diberi uang 200 riyal. Untuk makan. Dua minggu kemudian uang itu habis. Ia tidak tahu harus bagaimana. Tapi ia tahu cara berbicara dengan juragannya: pakai intercom.

Maka atas saran temannya sesama TKI asal Madura, Saridi harus berani menghubungi majikan. Agar tidak mati kelaparan. \"Bilang saja mafi fulus,\" ujar temannya.

Ia pijit tombol intercom. Juragannya menyahut: \"Ya… Muhammad…\". Begitulah panggilan kepada laki-laki siapa saja di sana.

\"Mafi fulus…\" jawab Saridi.

\"¢§®©¢¶,\" kata majikannya.

\"Mafi fulus…\" jawab Saridi lagi.

\"¶¿¢£©÷§,\" kata majikannya lagi.

\"Mafi fulus…\" jawab Saridi konsisten.

Apa pun kata majikannya jawab Saridi sama. Ia memang tidak tahu apa arti kata-kata majikannya itu.

Akhirnya Sang Majikan memanggil mbak dari Jogja itu: apa maksud Saridi. Pun Saridi bertanya: apa maksud juragannya.

Ternyata sang majikan minta Saridi naik ke lantai atas. Ia diberi lagi uang 200 riyal. Dengan tambahan pesan: harus hemat. Uang itu harus cukup untuk makan sampai menerima gaji nanti.

Sumber: