PUASA MENGGAPAI DERAJAT TAKWA Oleh : Drs. HAMID HERIANSYAH LUBIS

PUASA MENGGAPAI DERAJAT TAKWA Oleh : Drs. HAMID HERIANSYAH LUBIS

Bulan Ramadhan memang bulan istimewa. Dalam bulan tersebut banyak sekali anugerah yang diberikan Allah SWT kepada umat yang menunaikan puasa. Pahala yang diberikan Allah juga maha besar. 1. Upaya Menggapai Derajat Takwa Semua ibadah adalah untuk meningkatkan takwa. Dan bulan Ramadhan adalah waktu yang sangat tepat untuk menggapai derajat takwa tersebut. Hal itu sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 183: Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Ayat diatas menunjukkan bahwa di antara hikmah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa. Dan puasa adalah sebab meraih derajat yang mulia ini. Oleh karena itu sebagai muslim jangan sampai menyia-nyiakan kesempatan besar di bulan Ramadhan ini. Kenapa? Karena dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan menjauhi setiap larangan-Nya. Dan inilah yang sebenarnya dimaksud dengan takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam berbagai hal berikut. Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap larangan, diantaranya makan, minum, berjima’ dengan istri di siang hari dan sebagainya. Di lain bulan Ramadhan, apa apa yang dilarang bukanlah larangan. Sehingga umat Islam benar-benar diuji untuk melaksakan perintah dan menjauhi larangan. Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah. Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. 2. Meninggalkan Kesenangan Dunia Saat menjalankan ibadah puasa, seseorang akan berusaha meningkatkan takwa. Nah, caranya adalah melaksakan perintah dan menjauhi larangan. Dalam berpuasa umat Islam diminta untuk meninggalkan berbagai syahwat, makanan dan minuman. Itu semua dilakukan karena Allah. Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman “Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”. Ketika seseorang mampu meninggalkan kesenangan duniawi, maka dia mampu mengendalikan jiwanya. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat, dan menjadi lalai. Dengan menjalankan puasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan. Selain itu, saat berpuasa seseorang akan sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila seseorang terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah. 3. Selalu Berusaha Menjadi Lebih Baik Di bulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak sia-sia. Selain itu juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga saja.” Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Padahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari mengatakan orang lain, dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia. Oleh karena itu, puasa adalah usaha menjadi diri yang lebih baik terus menerus. Yakni dengan berusaha sekuat tenaga menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Untuk menuju derajat takwa dalam melaksanakan ibadah puasa hakekatnya menghimpun segala macam kebijakan dari Allah SWT. Maka konteks ibadah puasa bertujuan mengingatkan manusia akan dua hakekat yang harus dihayati dalam kehidupan ini. Pertama, manusia adalah makhluk dwi dimensi yang terdiri dari jasad dan roh. Ibadah puasa dan semua ibadah hendaknya juga sebagai pengingat bahwa kita perlu memberi perhatian pada jasmani serta wajib mengasah dan mengasuh rohani. Kedua, mengingatkan manusia bahwa hidup bukan hanya sekarang dan di sini. Tetapi hidup berlanjut hingga ke akhirat nanti. Dari sini dapat dikatakan, bahwa setiap kewajiban dan anjuran yang ditetapkan dalam konteks berpuasa punya makna yang mendalam dan mendapat perhatian. Contohnya, kewajiban niat yang oleh sementara ulama harus dilaksanakan setiap hari sebelum terbitnya fajar. Niat dimaksudkan untuk bertekad melaksanakan puasa dengan aneka tuntunan dan sunah-sunahnya. Serta sekaligus melakukan intropeksi terhadap puasa yang telah kita lakukan kemarin. Apa kekurangannya untuk kita sempurnakan. Apa kebaikannya untuk kita tingkatkan? Salah satu yang hendaknya diingat oleh setiap yang berpuasa, dengan sukses berpuasa, dia sebenarnya telah sukses menghindarkan paksaan kebiasaan. (*)

Sumber: