PALAS, RADARTANGGAMUS.CO.ID - Menurunnya intensitas hujan selama dua pekan belakangan mengancam ribuan tanaman padi di wilayah Palas dilanda kekeringan.
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Palas menyebutkan sejumlah desa telah memasuki fase krisis pasokan air dan terancam kekeringan.
Kepala UPT Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kecamatan Palas, Yusak Murjono mengatakan, kemarau yang telah berlangsung selama dua pekan terakhir mulai berdampak kekeringan di sektor pertanian.
"Dampak kemarau selama dua pekan ini mulai berimbas pasa musim tanam gadu. Minimnya curah hujan membuat pasokan air pada saluran irigasi mulai kritis," kata Yusak kepada Radar Lamsel, Selasa (15/8) kemarin.
BACA JUGA:Segini Pengeluaran Perkapita Warga Pringsewu
Yusak juga mengaku, saat ini sejumlah desa juga telah masuk di fase rentan kekeringan. Hal ini terjadi lantaran pasokan air di saluran irigasi telah kritis. Beberapa desa tersebut antara lain, Desa Bali Agung, Tanjung Jaya, dan Rejomulyo.
"Kalau dua pekan kedepan tidak ada hujan maka dipastikan sudah ada lahan yang kekeringan, karena cadangan air di saluran irigasi memang sudah sangat kritis," sambungnya.
Yusak mengungkapkan, salah satu cara untuk memgatasi kekeringan hanya dengan memanfaatkan sumur bor. Sayangnya ketersedian sumur bor di lahan pertanian masih sangat minim.
"Dari 5.559 hektar potensi tanam, yang punya sarana sumur bor masih di bawah 50 persen. Masih sangat minim," ungkapnya.
Sementara itu Ketua Gabungan Kelompok Tani Bali Jaya, Desa Bali Agung Dewo Aji Sastrawan mengaku, saat sebagian petani masih mengandalkan air dari saluran irgasi. Sisanya menggunakan sumur bor untuk mengairi tanaman padi.
"Kalau sekarang masih ada air di irigasi walupun tak banyak. Kalau dua minggu tak hujan ya dipastikan kering irigasi, satu-satunya jalan ya pakai sumur bor," pungkasnya. (*)