Lantaran karena penyakit kurap pemuda tersebut dikucilkan dan dipandang sebelah mata oleh para penduduk yang ia kunjungi.
Karena setiap harinya, bujang kurap tinggal tidak menetap terkadang ia juga membantu masyarakat karena memang memiliki pribadi yang luhur dan baik.
Lantaran karena tidak mendapat perlakuam baik. Bujang Kurap lalu menancapkan batang lidi, sehingga membuat desa tersebut kebanjiran
Desa yang penuh dengan air itu diyakini masyarakat sebagai Danau Rayo di Muratara, Sumatera Selatan.
Kisah Bujang Kurap juga menjadi legenda terbentuknya pencak silat kuntau yang saat ini masih serinh dijumpai.
Hal itu karena Bujang Kurap sempat mengajarkan silat tersebut kepada masyarakat.
Konon kabarnya, Bujang Kurap juga masih merupkan keturunan dari Serunting Sakti atau dikenal Si Pahit Lidah.
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita rakyat dari Sumatera Selatan ini. Akan tetapi paling tidak ada makna serta arti dan kesimpulan mendalam yang bisa diambil untuk dijadikan pembelajaran dan diterapkan dalam kehidupan kita sehari hari. (*)